Konstipasi Fungsional

Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar p...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Bernie Endyarni, Badriul Hegar Syarif
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia 2016-12-01
Series:Sari Pediatri
Subjects:
Online Access:https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/897
id doaj-09483a16f2044a6193ba46ac8cdee212
record_format Article
spelling doaj-09483a16f2044a6193ba46ac8cdee2122020-11-24T22:50:00ZindBadan Penerbit Ikatan Dokter Anak IndonesiaSari Pediatri0854-78232338-50302016-12-0162758010.14238/sp6.2.2004.75-80844Konstipasi FungsionalBernie Endyarni0Badriul Hegar Syarif1Divisi Gastroenterologi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCMDivisi Gastroenterologi. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUIRSCMKonstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar pasien umumnya konstipasi fungsional yang dihubungkan dengan adanya gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi kronis yaitu kostipasi yang telah berlangsung lebih dari 4 minggu. Dalam mentukan adanya konstipasi terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu frekuensi buang air besar (b.a.b), konsistensi tinja, dan temuan pada pemeriksaan fisis. Para ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah membuat satu kriteria untuk yang menentukan adanya konstipasi fungsional, yang dikenal dengan kriteria Roma. Meskipun masih terus dalam pengkajian, beberapa negara telah menggunakan kriteria tersebut sebagai upaya menentukan adanya konstipasi fungsional. Dalam menangani anak dengan konstipasi perlu ditekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara dokter, orangtua, dan pasien. Pada dasarnya, terapi konstipasi terdiri dari dua fase, yaitu fase pengeluaran masa tinja dan fase pemeliharaan. Catatan harian tentang b.a.b, latihan b.a.b (toilet training), makan makanan berserat, terapi laksatif, serta pendekatan secara psikiatri/psikologi merupakan upaya yang perlu dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang optimal.https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/897konstipasi fungsionalsoilingenkopresis
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author Bernie Endyarni
Badriul Hegar Syarif
spellingShingle Bernie Endyarni
Badriul Hegar Syarif
Konstipasi Fungsional
Sari Pediatri
konstipasi fungsional
soiling
enkopresis
author_facet Bernie Endyarni
Badriul Hegar Syarif
author_sort Bernie Endyarni
title Konstipasi Fungsional
title_short Konstipasi Fungsional
title_full Konstipasi Fungsional
title_fullStr Konstipasi Fungsional
title_full_unstemmed Konstipasi Fungsional
title_sort konstipasi fungsional
publisher Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
series Sari Pediatri
issn 0854-7823
2338-5030
publishDate 2016-12-01
description Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologis. Berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi yang dikeluhkan oleh sebagian besar pasien umumnya konstipasi fungsional yang dihubungkan dengan adanya gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi kronis yaitu kostipasi yang telah berlangsung lebih dari 4 minggu. Dalam mentukan adanya konstipasi terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu frekuensi buang air besar (b.a.b), konsistensi tinja, dan temuan pada pemeriksaan fisis. Para ahli gastroenterologi di Eropa dan Amerika telah membuat satu kriteria untuk yang menentukan adanya konstipasi fungsional, yang dikenal dengan kriteria Roma. Meskipun masih terus dalam pengkajian, beberapa negara telah menggunakan kriteria tersebut sebagai upaya menentukan adanya konstipasi fungsional. Dalam menangani anak dengan konstipasi perlu ditekankan tentang pentingnya hubungan yang erat antara dokter, orangtua, dan pasien. Pada dasarnya, terapi konstipasi terdiri dari dua fase, yaitu fase pengeluaran masa tinja dan fase pemeliharaan. Catatan harian tentang b.a.b, latihan b.a.b (toilet training), makan makanan berserat, terapi laksatif, serta pendekatan secara psikiatri/psikologi merupakan upaya yang perlu dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang optimal.
topic konstipasi fungsional
soiling
enkopresis
url https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/897
work_keys_str_mv AT bernieendyarni konstipasifungsional
AT badriulhegarsyarif konstipasifungsional
_version_ 1725674032283516928