FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN

Abstrak Seni pertunjukan wayang wong adalah salah satu kesenian di Bali dan masih ditarikan di daerah desa tradisional Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Kesenian wayang wong ini menjadi menarik, karena merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Tetap...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan, I Nyoman Widhi Adnyana, Komang Redy Winatha, I Nyoman Yoga Trisemarawima
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Universitas Dian Nuswantoro 2019-09-01
Series:ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia
Online Access:http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/article/view/2561
id doaj-2fc1cba9b66948b18b4c2ede011fbad5
record_format Article
spelling doaj-2fc1cba9b66948b18b4c2ede011fbad52020-11-25T02:45:45ZindUniversitas Dian NuswantoroANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia2477-28522477-39132019-09-0150225126410.33633/andharupa.v5i2.25611547FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDANI Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan0I Nyoman Widhi Adnyana1Komang Redy WinathaI Nyoman Yoga TrisemarawimaSTMIK STIKOM IndonesiaSTMIK STIKOM IndonesiaAbstrak Seni pertunjukan wayang wong adalah salah satu kesenian di Bali dan masih ditarikan di daerah desa tradisional Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Kesenian wayang wong ini menjadi menarik, karena merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Tetapi di Desa Sidan, wayang wong hanya ditarikan saat upacara keagamaan khusus. Pada prosesi sebelum pertunjukan ditarikan oleh masyarakat setempat, dilakukan ritual khusus pada para penari. Pengamatan lapangan tidak ditemukan adanya dokumentasi dalam bentuk apapun yang mengacu pada rangkaian acara tersebut, termasuk foto ataupun rekaman video. Berdasarkan wawancara dengan kelompok penari, regenerasi dilakukan dari generasi ke generasi secara langsung. Tidak adanya dokumen fisik atau digital, memotivasi tindak lanjut untuk mengeksplorasi fenomena kesenian ini. Metode kualitatif melalui pengumpulan data observasi tempat rangkaian prosesi kesenian wayang wong dan wawancara dilakukan pada anggota penari serta pimpinan desa adat yang mengetahui eksistensi kesenian ini. Kemudian dikomparasikan dengan proses perancangan video, sehingga didapatkan rangkaian cerita dalam bentuk film dokumenter. Finalisasi film dokumenter kemudian didelegasikan secara langsung pada masyarakat setempat, sehingga dapat digunakan sebagai acuan kajian lebih lanjut oleh para akademisi ataupun praktisi seni. Hal ini bertujuan untuk melestarikan kesenian wayang wong sakral yang telah langka di Bali.   Kata Kunci: film, dokumenter, tari, wayang wong, Bali   Abstract Wayang wong performance art is one of the arts in Bali and is still danced in the traditional village area of Sidan, Petang District, Badung Regency, Bali. Wayang wong art is interesting because it is one of the arts that are considered sacred by the local community. But in Sidan Village, wayang wong is only danced during special religious ceremonies. In the procession, before the performance was danced by the local community, a special ritual was performed for the dancers. Field observations were not found in any form of documentation that refers to the series of events, including photographs or video recordings. Based on interviews with dancer groups, regeneration is carried out from generation to generation directly. The absence of physical or digital documents motivates follow-up to explore this artistic phenomenon. The qualitative method was through observation data collection where a series of wayang wong art processions and interviews were conducted with dancers and traditional village leaders who knew the existence of this art. Then it is compared with the video design process so that a series of stories is obtained in the form of a documentary film. The finalization of the documentary was then delegated directly to the local community so that it could be used as a reference for further studies by academics or arts practitioners. It aims to preserve the art of the sacred wayang wong which has been rare in Bali.  Keywords: film, documentary, dance, wayang wong, Balihttp://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/article/view/2561
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan
I Nyoman Widhi Adnyana
Komang Redy Winatha
I Nyoman Yoga Trisemarawima
spellingShingle I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan
I Nyoman Widhi Adnyana
Komang Redy Winatha
I Nyoman Yoga Trisemarawima
FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia
author_facet I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan
I Nyoman Widhi Adnyana
Komang Redy Winatha
I Nyoman Yoga Trisemarawima
author_sort I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan
title FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
title_short FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
title_full FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
title_fullStr FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
title_full_unstemmed FILM DOKUMENTER EKSISTENSI TARIAN DAN KESENIAN SAKRAL WAYANG WONG DESA ADAT SIDAN
title_sort film dokumenter eksistensi tarian dan kesenian sakral wayang wong desa adat sidan
publisher Universitas Dian Nuswantoro
series ANDHARUPA: Jurnal Desain Komunikasi Visual & Multimedia
issn 2477-2852
2477-3913
publishDate 2019-09-01
description Abstrak Seni pertunjukan wayang wong adalah salah satu kesenian di Bali dan masih ditarikan di daerah desa tradisional Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Kesenian wayang wong ini menjadi menarik, karena merupakan salah satu kesenian yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Tetapi di Desa Sidan, wayang wong hanya ditarikan saat upacara keagamaan khusus. Pada prosesi sebelum pertunjukan ditarikan oleh masyarakat setempat, dilakukan ritual khusus pada para penari. Pengamatan lapangan tidak ditemukan adanya dokumentasi dalam bentuk apapun yang mengacu pada rangkaian acara tersebut, termasuk foto ataupun rekaman video. Berdasarkan wawancara dengan kelompok penari, regenerasi dilakukan dari generasi ke generasi secara langsung. Tidak adanya dokumen fisik atau digital, memotivasi tindak lanjut untuk mengeksplorasi fenomena kesenian ini. Metode kualitatif melalui pengumpulan data observasi tempat rangkaian prosesi kesenian wayang wong dan wawancara dilakukan pada anggota penari serta pimpinan desa adat yang mengetahui eksistensi kesenian ini. Kemudian dikomparasikan dengan proses perancangan video, sehingga didapatkan rangkaian cerita dalam bentuk film dokumenter. Finalisasi film dokumenter kemudian didelegasikan secara langsung pada masyarakat setempat, sehingga dapat digunakan sebagai acuan kajian lebih lanjut oleh para akademisi ataupun praktisi seni. Hal ini bertujuan untuk melestarikan kesenian wayang wong sakral yang telah langka di Bali.   Kata Kunci: film, dokumenter, tari, wayang wong, Bali   Abstract Wayang wong performance art is one of the arts in Bali and is still danced in the traditional village area of Sidan, Petang District, Badung Regency, Bali. Wayang wong art is interesting because it is one of the arts that are considered sacred by the local community. But in Sidan Village, wayang wong is only danced during special religious ceremonies. In the procession, before the performance was danced by the local community, a special ritual was performed for the dancers. Field observations were not found in any form of documentation that refers to the series of events, including photographs or video recordings. Based on interviews with dancer groups, regeneration is carried out from generation to generation directly. The absence of physical or digital documents motivates follow-up to explore this artistic phenomenon. The qualitative method was through observation data collection where a series of wayang wong art processions and interviews were conducted with dancers and traditional village leaders who knew the existence of this art. Then it is compared with the video design process so that a series of stories is obtained in the form of a documentary film. The finalization of the documentary was then delegated directly to the local community so that it could be used as a reference for further studies by academics or arts practitioners. It aims to preserve the art of the sacred wayang wong which has been rare in Bali.  Keywords: film, documentary, dance, wayang wong, Bali
url http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/andharupa/article/view/2561
work_keys_str_mv AT inyomananomfajaradityasetiawan filmdokumentereksistensitariandankeseniansakralwayangwongdesaadatsidan
AT inyomanwidhiadnyana filmdokumentereksistensitariandankeseniansakralwayangwongdesaadatsidan
AT komangredywinatha filmdokumentereksistensitariandankeseniansakralwayangwongdesaadatsidan
AT inyomanyogatrisemarawima filmdokumentereksistensitariandankeseniansakralwayangwongdesaadatsidan
_version_ 1715395893302132736