PERKOTAAN KOLONIAL PADA ABAD XIX - XX, DI KOTA SERANG, BANTEN; KAJIAN ARKEOLOGI-HISTORIS
Abstrak Tulisan ini bertujuan memberi gambaran tentang perkotaan kolonial di Kota Serang pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda (Abad XIX-XX), dilihat dari perspektif arkeologis dan historis. Dengan menggunakan metode penelitian arkeologi (survei permukaan) dilengkapi dengan teknik pengumpulan data...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013-03-01
|
Series: | Patanjala: Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya |
Online Access: | http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/151 |
Summary: | Abstrak
Tulisan ini bertujuan memberi gambaran tentang perkotaan kolonial di Kota Serang pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda (Abad XIX-XX), dilihat dari perspektif arkeologis dan historis. Dengan menggunakan metode penelitian arkeologi (survei permukaan) dilengkapi dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara (sejarah lisan), dapat diketahui bahwa pada masa kolonial Belanda telah terjadi perubahan wilayah permukiman di Kota Serang yang cukup pesat dan siginifikan, sehingga penting diungkapkan ke permukaan. Perubahan terjadi terutama dalam pembagian wilayah perkotaan dan fungsi bangunan. Secara umum wilayah permukiman di Kota Serang ketika itu terbagi ke dalam 3 bagian wilayah, yaitu: pemukiman, perkantoran, dan perdagangan. Pembagian ini sebagai hasil kajian melalui bangunan lama periode kolonial dan tinggalan budaya materi lainnya yang masih ada sekarang. Seiring dengan pembagian wilayah tersebut, juga telah terjadi perubahan bentuk dan gaya arsitektur bangunan menjadi bergaya Indis atau pencampuran antara gaya Eropa dan gaya lokal. Hal ini tampak pada bentuk bangunan tinggi, dinding tebal, bentuk atap joglo, memiliki teras atau koridor di sepanjang bangunan atau pada sebagian luar bangunan. Selain perbahan secara fisik, perubahan non fisik juga terjadi ditandai dengan adanya perubahan pola sikap atau perilaku. Masyarakat Kota Serang menjadi lebih terbuka terhadap masuknya unsur budaya asing. Juga lebih toleran terhadap perbedaan kebiasaan antar etnis yang beragam dalam masyarakat heterogen.
Abstract
The aim of this research is to describe the colonial urban in Serang, Banten during the Dutch colonial era (19th – 20th century), based on historical remains and material culture as well. By conducting archaeological method (surface survey) and interview (oral history) it is found that there was a rapid and significant change in residence areas then, especially in zoning the urban areas and function of buildings. Generally, Serang was divided into three zones: residential, office, and commercial. Along with that zoning, there were also changes in the architecture of buildings, combining both local and European styles, called Indische style. It is seen in the form of high-rise buildings, thicker walls with joglo style for the roof, terraces or corridors along the building or outside the building. Beside physical changes, there were also non-physical changes in term of behavioural patterns. The inhabitants of the city became more open to foreign culture and more tolerant in building relationship with other heterogeneous ethnic groups. |
---|---|
ISSN: | 2085-9937 2598-1242 |