Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh

ABSTRAK.  Progesteron merupakan hormon yang berperan penting dalam proses pemeliharaan kebuntingan dan dihasilkan oleh corpus luteum. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar hormon progesteron pada fase awal luteal dengan kematian embrio pada sapi Aceh. Dalam penelitian ini digunak...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Budianto Panjaitan, Citra Chyntia Helwana, Nellita Meutia, Yusmadi Yusmadi, Tongku Nizwan Siregar, Dasrul Dasrul, Teuku Armansyah TR
Format: Article
Language:English
Published: Syiah Kuala University 2019-10-01
Series:Jurnal Agripet
Subjects:
usg
Online Access:http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/14881
id doaj-40b5d098156e40a4849fa5840d841186
record_format Article
spelling doaj-40b5d098156e40a4849fa5840d8411862021-08-27T03:41:01ZengSyiah Kuala UniversityJurnal Agripet1411-46232460-45342019-10-0119210711210.17969/agripet.v19i2.1488110672Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi AcehBudianto Panjaitan0Citra Chyntia Helwana1Nellita Meutia2Yusmadi Yusmadi3Tongku Nizwan Siregar4Dasrul Dasrul5Teuku Armansyah TR6Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaPembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak IndrapuriFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah KualaABSTRAK.  Progesteron merupakan hormon yang berperan penting dalam proses pemeliharaan kebuntingan dan dihasilkan oleh corpus luteum. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar hormon progesteron pada fase awal luteal dengan kematian embrio pada sapi Aceh. Dalam penelitian ini digunakan empat ekor sapi betina dewasa berumur 3-5 tahun, bobot badan 150-250 kg, sehat secara klinis, dan memiliki reproduksi normal. Sapi disinkronisasi menggunakan 5 ml prostaglandin F2 alfa (PGF2α) dengan pola penyuntikan ganda berinterval 11 hari. Koleksi sampel darah untuk pengukuran konsentrasi progesteron dilakukan pada hari ke-5, 6, dan 7 pasca inseminasi. Pengukuran konsentrasi progesteron dilakukan menggunakan metode enzymelinked-immunoassay (ELISA), pemeriksaan kebuntingan dan kematian embrio menggunakan metode transrektal ultrasonografi pada hari ke-25 pasca inseminasi. Pemeriksaan diulang setiap 10 hari sampai hari ke-55 pasca inseminasi. Puncak sekresi progesteron pada sapi bunting dengan embrio yang bertahan hidup terdapat pada hari ke-7 (2,082 ng/ml), pada sapi Late Embryonic Mortality (LEM) di hari ke-5 (8,209 ng/ml) dan pada sapi tidak bunting di hari ke-7 (3,051±1,157 ng/ml). Sekresi progesteron sapi LEM pada hari ke-5 sampai dengan ke-7 cenderung menurun sedangkan pada sapi yang bertahan hidup cenderung meningkat.    (Correlation between progesterone levels in early luteal phase and embryonic death  in Aceh cattle)  ABSTRACT. Progesterone is an important hormone that functions to maintain pregnancy and is produced by the corpus luteum. The aim of this study was to see a correlation between progesterone and the incidence of embryonic death in Aceh cattle. This study used four adult female cows, 3-5 years old, 150-250 kg body weight, clinically healthy, and have a normal reproduction. The synchronized with 5 ml prostaglandin F2 alfa hormone, and double injection pattern with 11-day intervals. The blood was collected for progesterone measurements on 5th, 6th, 7th day post artificial insemination. Measurement of progesterone concentration was carried out using an enzymelinked-immunoassay (ELISA), while pregnancy and embryo mortality was performed using the trans-rectal ultrasonography method on the 25th day after insemination. The examination was repeated every 10 days until day 55th after insemination. Progesterone secretion peaks in pregnant cows were on day 7th (2.082 ng/ml), in cattle Late Embryonic Mortality (LEM) on day 5th (8.209 ng/ml) and in cattle not pregnant on day 7th (3.051±1.157 ng/ml). The pattern of LEM progesterone secretion on days 5th to 7th tends to decrease while those that survive tend to increase.http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/14881sapi acehprogesteronkematian embrioelisausgaceh cattleprogesteroneembryonic death
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Budianto Panjaitan
Citra Chyntia Helwana
Nellita Meutia
Yusmadi Yusmadi
Tongku Nizwan Siregar
Dasrul Dasrul
Teuku Armansyah TR
spellingShingle Budianto Panjaitan
Citra Chyntia Helwana
Nellita Meutia
Yusmadi Yusmadi
Tongku Nizwan Siregar
Dasrul Dasrul
Teuku Armansyah TR
Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
Jurnal Agripet
sapi aceh
progesteron
kematian embrio
elisa
usg
aceh cattle
progesterone
embryonic death
author_facet Budianto Panjaitan
Citra Chyntia Helwana
Nellita Meutia
Yusmadi Yusmadi
Tongku Nizwan Siregar
Dasrul Dasrul
Teuku Armansyah TR
author_sort Budianto Panjaitan
title Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
title_short Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
title_full Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
title_fullStr Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
title_full_unstemmed Hubungan Kadar Progesteron pada Fase Awal Luteal dengan Kematian Embrio pada Sapi Aceh
title_sort hubungan kadar progesteron pada fase awal luteal dengan kematian embrio pada sapi aceh
publisher Syiah Kuala University
series Jurnal Agripet
issn 1411-4623
2460-4534
publishDate 2019-10-01
description ABSTRAK.  Progesteron merupakan hormon yang berperan penting dalam proses pemeliharaan kebuntingan dan dihasilkan oleh corpus luteum. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kadar hormon progesteron pada fase awal luteal dengan kematian embrio pada sapi Aceh. Dalam penelitian ini digunakan empat ekor sapi betina dewasa berumur 3-5 tahun, bobot badan 150-250 kg, sehat secara klinis, dan memiliki reproduksi normal. Sapi disinkronisasi menggunakan 5 ml prostaglandin F2 alfa (PGF2α) dengan pola penyuntikan ganda berinterval 11 hari. Koleksi sampel darah untuk pengukuran konsentrasi progesteron dilakukan pada hari ke-5, 6, dan 7 pasca inseminasi. Pengukuran konsentrasi progesteron dilakukan menggunakan metode enzymelinked-immunoassay (ELISA), pemeriksaan kebuntingan dan kematian embrio menggunakan metode transrektal ultrasonografi pada hari ke-25 pasca inseminasi. Pemeriksaan diulang setiap 10 hari sampai hari ke-55 pasca inseminasi. Puncak sekresi progesteron pada sapi bunting dengan embrio yang bertahan hidup terdapat pada hari ke-7 (2,082 ng/ml), pada sapi Late Embryonic Mortality (LEM) di hari ke-5 (8,209 ng/ml) dan pada sapi tidak bunting di hari ke-7 (3,051±1,157 ng/ml). Sekresi progesteron sapi LEM pada hari ke-5 sampai dengan ke-7 cenderung menurun sedangkan pada sapi yang bertahan hidup cenderung meningkat.    (Correlation between progesterone levels in early luteal phase and embryonic death  in Aceh cattle)  ABSTRACT. Progesterone is an important hormone that functions to maintain pregnancy and is produced by the corpus luteum. The aim of this study was to see a correlation between progesterone and the incidence of embryonic death in Aceh cattle. This study used four adult female cows, 3-5 years old, 150-250 kg body weight, clinically healthy, and have a normal reproduction. The synchronized with 5 ml prostaglandin F2 alfa hormone, and double injection pattern with 11-day intervals. The blood was collected for progesterone measurements on 5th, 6th, 7th day post artificial insemination. Measurement of progesterone concentration was carried out using an enzymelinked-immunoassay (ELISA), while pregnancy and embryo mortality was performed using the trans-rectal ultrasonography method on the 25th day after insemination. The examination was repeated every 10 days until day 55th after insemination. Progesterone secretion peaks in pregnant cows were on day 7th (2.082 ng/ml), in cattle Late Embryonic Mortality (LEM) on day 5th (8.209 ng/ml) and in cattle not pregnant on day 7th (3.051±1.157 ng/ml). The pattern of LEM progesterone secretion on days 5th to 7th tends to decrease while those that survive tend to increase.
topic sapi aceh
progesteron
kematian embrio
elisa
usg
aceh cattle
progesterone
embryonic death
url http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/14881
work_keys_str_mv AT budiantopanjaitan hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT citrachyntiahelwana hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT nellitameutia hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT yusmadiyusmadi hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT tongkunizwansiregar hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT dasruldasrul hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
AT teukuarmansyahtr hubungankadarprogesteronpadafaseawallutealdengankematianembriopadasapiaceh
_version_ 1721188310606413824