REPRESENTASI KESENJANGAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DENGAN PERKOTAAN DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMODYA ANANTA TOER

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi kesenjangan sosial-ekonomi antara masyarakat pesisir dengan perkotaan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Representasi yang dimaksud merupakan cerminan atau gambaran dari kehidupan nyata masyarakat dalam karya sastra. Jenis pen...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Nur Farida, Eggy Fajar Andalas
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Lembaga Pengembangan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Malang 2019-04-01
Series:Kembara: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Online Access:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/view/7447
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi kesenjangan sosial-ekonomi antara masyarakat pesisir dengan perkotaan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Representasi yang dimaksud merupakan cerminan atau gambaran dari kehidupan nyata masyarakat dalam karya sastra. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Sumber penelitian ini dari novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Data penelitian ini berupa kutipan, kalimat, dan paragraf yang menunjukkan kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat pesisir dengan perkotaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode membaca dekat, mengidentifikasi data, dan memberi tanda. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan rancangan analisis data yang di dipaparkan oleh Miles dan Huberman melalui langkah-langkah (1) penyeleksian data, (2) pemaparan data, dan (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bentuk representasi kesenjangan sosial-ekonomi antara masyarakat pesisir dengan perkotaan dalam lima aspek seperti, aspek ekonomi, aspek pendidikan, aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek budaya. Berdasarkan dari lima aspek tersebut, ditemukan dikotomi bahwa masyarakat pesisir direpresentasikan sebagai masyarakat yang miskin, bodoh, kotor, terhina dan orang bawahan, sedangkan masyarakat perkotaan direpresentasikan sebagai bangsawan, pintar, kaya, terhormat, bersih, dan orang atasan. Hal tersebut terjadi karena pembangunan hanya berorientasi pada perkotaan sebagai pusat peradaban manusia di era kolonial.
ISSN:2442-7632
2442-9287