Editorial
Editorial JSCL edisi kali ini mengangkat tiga isu utama, yakni historiografi dalam balutan politik ingatan, identitas kota, dan warisan budaya. Historiografi adalah proses rekonstruksi sejarah dengan asumsi bahwa masa lampau sebagai aktualitas adalah sebuah konstruksi sebagai hasil dari proses-prose...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Indonesian |
Published: |
Universitas Diponegoro
2019-03-01
|
Series: | Jurnal Sejarah Citra Lekha |
Online Access: | https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/22423 |
id |
doaj-6a16e689cb2d430f9fbce15aa0b98316 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-6a16e689cb2d430f9fbce15aa0b983162020-11-24T22:29:48ZindUniversitas DiponegoroJurnal Sejarah Citra Lekha2443-01102019-03-01411210.14710/jscl.v4i1.2242314687EditorialRabith Jihan Amaruli0Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas DiponegoroEditorial JSCL edisi kali ini mengangkat tiga isu utama, yakni historiografi dalam balutan politik ingatan, identitas kota, dan warisan budaya. Historiografi adalah proses rekonstruksi sejarah dengan asumsi bahwa masa lampau sebagai aktualitas adalah sebuah konstruksi sebagai hasil dari proses-proses sosial dengan segala kompleksitasnya (Garraghan, 1957: 396). Sejak karya Bambang Purwanto (2006) berjudul Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?! mewarnai diskursus historiografi Indonesia, sejarawan mulai mempertanyakan kembali atau setidaknya menggagas kembali, historiografi Indonesiasentris yang dianggap gagal menyajikan realitas historis yang “manusiawi”. Senada dengan gagasan Purwanto, Singgih Tri Sulistiyono (2016) menggugat ketidakmampuan historiografi Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan persoalan bangsa. Hal ini karena, masih menurut Sulistiyono, disebabkan oleh keterbelengguan pada formalisme metodologi dan epistemologi serta oleh sikap kurang berani sejarawan untuk menggugat realitas kekinian.https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/22423 |
collection |
DOAJ |
language |
Indonesian |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Rabith Jihan Amaruli |
spellingShingle |
Rabith Jihan Amaruli Editorial Jurnal Sejarah Citra Lekha |
author_facet |
Rabith Jihan Amaruli |
author_sort |
Rabith Jihan Amaruli |
title |
Editorial |
title_short |
Editorial |
title_full |
Editorial |
title_fullStr |
Editorial |
title_full_unstemmed |
Editorial |
title_sort |
editorial |
publisher |
Universitas Diponegoro |
series |
Jurnal Sejarah Citra Lekha |
issn |
2443-0110 |
publishDate |
2019-03-01 |
description |
Editorial JSCL edisi kali ini mengangkat tiga isu utama, yakni historiografi dalam balutan politik ingatan, identitas kota, dan warisan budaya. Historiografi adalah proses rekonstruksi sejarah dengan asumsi bahwa masa lampau sebagai aktualitas adalah sebuah konstruksi sebagai hasil dari proses-proses sosial dengan segala kompleksitasnya (Garraghan, 1957: 396). Sejak karya Bambang Purwanto (2006) berjudul Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?! mewarnai diskursus historiografi Indonesia, sejarawan mulai mempertanyakan kembali atau setidaknya menggagas kembali, historiografi Indonesiasentris yang dianggap gagal menyajikan realitas historis yang “manusiawi”. Senada dengan gagasan Purwanto, Singgih Tri Sulistiyono (2016) menggugat ketidakmampuan historiografi Indonesia untuk ikut ambil bagian dalam memecahkan persoalan bangsa. Hal ini karena, masih menurut Sulistiyono, disebabkan oleh keterbelengguan pada formalisme metodologi dan epistemologi serta oleh sikap kurang berani sejarawan untuk menggugat realitas kekinian. |
url |
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jscl/article/view/22423 |
work_keys_str_mv |
AT rabithjihanamaruli editorial |
_version_ |
1725743157410267136 |