Kekakuan dan Kekuatan Lentur Maksimum Balok Glulam dan Utuh Kayu Akasia

Glulam merupakan salah satu metoda mengatasi keterbatasan dimensi bahan dasar kayu yang tersedia. Dengan mempersiapkan lamina-lamina dan menyusunnya serta melakukan proses perekatan antar permukaan lamina dapat menghasilkan dimensi balok sesuai kebutuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatk...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Indah Sulistyawati, Naresworo Nugoho, Surjono Suryokusumo, Yusuf Sudo Hadi
Format: Article
Language:English
Published: Institut Teknologi Bandung 2008-12-01
Series:Jurnal Teknik Sipil
Subjects:
moe
mor
Online Access:http://journals.itb.ac.id/index.php/jts/article/view/2740/1343
Description
Summary:Glulam merupakan salah satu metoda mengatasi keterbatasan dimensi bahan dasar kayu yang tersedia. Dengan mempersiapkan lamina-lamina dan menyusunnya serta melakukan proses perekatan antar permukaan lamina dapat menghasilkan dimensi balok sesuai kebutuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan nilai kekakuan dan kekuatan lentur maksimum balok glulam dengan ketebalan lamina yang berbeda serta membandingkannya terhadap balok utuh. Kekakuan dinyatakan dalam MOE (modulus of elastcity), dan kekuatan lentur maksimum dinyatakan dalam MOR (modulus of rupture). Penelitian ini menggunakan kayu Akasia (Acacia mangium) termasuk kayu dengan kerapatan menengah. Balok glulam dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok ketebalan lamina, masing-masing 20 mm, 15 mm and 10 mm. Selain balok glulam disiapkan pula balok utuh. Penampang melintang balok glulam maupun balok utuh adalah 60 mm x 60 mm. Perekat yang digunakan adalah Polyurethane merupakan Water Based Polymer Isocyanate. Perekat terdiri dari dua bagian; begian pertama adalah PI 3100 sebagai cairan resin, dan H7 sebagai cairan pengeras. Berat labur perekat diaplikasikan sebesar 280 g/m2 pada kedua permukaan rekatan. Prosedur pengujian dilaboratorium dilakukan berdasarkan ASTM D143-05, Standard Test Methods for Small Clear Specimen of Wood. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konfigurasi penampang melintang balok glulam mempengaruhi nilai MOE dan MOR-nya; semakin tipis ketebalan lamina mempunyai tendensi semakin tinggi MOE dan MOR-nya; nilai MOE dan MOR balok glulam tidak berbeda nyata dengan balok utuh, dan kedua nilai tersebut dipengaruhi oleh tipe kerusakan balok.
ISSN:0853-2982
2549-2659