Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan

Pada tanggal 28 Sha'ban 1320 H/29 Nopember 1902 M, Sayyid Uthman ibn AbduAllah ibn Aqil (1822-1913), -selanjutnya akan disebut Sayyid Uthman- seorang mufti dan ulama terkenal dari Betawi, menulis dalam surat kabar Misbah al-Shara, terbit di Mesir, sebuah artikel yang berjudul Shakwa al-Muslimin...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Jajang Jahroni
Format: Article
Language:Arabic
Published: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2018-01-01
Series:Buletin Al-Turas
Subjects:
Online Access:http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/6895
id doaj-78d6de0f1b244dd1bb72d1590011c3c9
record_format Article
spelling doaj-78d6de0f1b244dd1bb72d1590011c3c92020-11-25T03:18:19ZaraUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaBuletin Al-Turas0853-16922579-58482018-01-017110.15408/bat.v7i11.68954040Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik KepentinganJajang Jahroni0Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah JakartaPada tanggal 28 Sha'ban 1320 H/29 Nopember 1902 M, Sayyid Uthman ibn AbduAllah ibn Aqil (1822-1913), -selanjutnya akan disebut Sayyid Uthman- seorang mufti dan ulama terkenal dari Betawi, menulis dalam surat kabar Misbah al-Shara, terbit di Mesir, sebuah artikel yang berjudul Shakwa al-Muslimin (Pengaduan orang-orang Islam). Dengan terbitnya tulisan ini, maka dimulailah polemik antara dirinya dengan hoofd penghulu Bandung, Haji Hasan Mustafa (1852- 1930). Tulisan Sayyid Uthman tersebut, karena diterbitkan, memiliki jangkauan pembaca yang besar dan mempengaruhi masyarakat secara luas. Ada dugaan kuatbahwa citra Hasan Mustafa yang tidak begitu acceptable di tengah masyarakatnya -sering digambarkan sebagai seorang yang mahiwal (kontroversial)-sedikit banyak berhubungan dengan "penghakiman" Sayyid Uthman tersebut. Menyadari akan hal ini, Hasan Mustafa tidak pernah menerbitkan karya-karyanya, terutama di bidang tasawuf, sehingga untuk beberapa dekade setelah ia wafat, kalau tidak karena usaha Ajip Rosidi, nama Hasan Mustafa mungkin sudah dilupakan orang.http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/6895sayyid uthman ibn abduallah ibn aqil, misbah al-shara, hasan mustafa,
collection DOAJ
language Arabic
format Article
sources DOAJ
author Jajang Jahroni
spellingShingle Jajang Jahroni
Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
Buletin Al-Turas
sayyid uthman ibn abduallah ibn aqil, misbah al-shara, hasan mustafa,
author_facet Jajang Jahroni
author_sort Jajang Jahroni
title Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
title_short Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
title_full Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
title_fullStr Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
title_full_unstemmed Sayyid Uthman dan Haji Hasan Mustafa: Ketegangan Kolonial, Arogansi Intelektual dan Konflik Kepentingan
title_sort sayyid uthman dan haji hasan mustafa: ketegangan kolonial, arogansi intelektual dan konflik kepentingan
publisher Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
series Buletin Al-Turas
issn 0853-1692
2579-5848
publishDate 2018-01-01
description Pada tanggal 28 Sha'ban 1320 H/29 Nopember 1902 M, Sayyid Uthman ibn AbduAllah ibn Aqil (1822-1913), -selanjutnya akan disebut Sayyid Uthman- seorang mufti dan ulama terkenal dari Betawi, menulis dalam surat kabar Misbah al-Shara, terbit di Mesir, sebuah artikel yang berjudul Shakwa al-Muslimin (Pengaduan orang-orang Islam). Dengan terbitnya tulisan ini, maka dimulailah polemik antara dirinya dengan hoofd penghulu Bandung, Haji Hasan Mustafa (1852- 1930). Tulisan Sayyid Uthman tersebut, karena diterbitkan, memiliki jangkauan pembaca yang besar dan mempengaruhi masyarakat secara luas. Ada dugaan kuatbahwa citra Hasan Mustafa yang tidak begitu acceptable di tengah masyarakatnya -sering digambarkan sebagai seorang yang mahiwal (kontroversial)-sedikit banyak berhubungan dengan "penghakiman" Sayyid Uthman tersebut. Menyadari akan hal ini, Hasan Mustafa tidak pernah menerbitkan karya-karyanya, terutama di bidang tasawuf, sehingga untuk beberapa dekade setelah ia wafat, kalau tidak karena usaha Ajip Rosidi, nama Hasan Mustafa mungkin sudah dilupakan orang.
topic sayyid uthman ibn abduallah ibn aqil, misbah al-shara, hasan mustafa,
url http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/6895
work_keys_str_mv AT jajangjahroni sayyiduthmandanhajihasanmustafaketegangankolonialarogansiintelektualdankonflikkepentingan
_version_ 1724627445547532288