AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN

Umat Hindu dikenal taat dan disiplin dalam menjalankan ajaran agamanya, terutama yang  berkaitan dengan ritual (yadnya). Sehingga, walaupun relatif tidak menguasai landasan tattwa- jnananya, seperti teologi dan filosofinya, umat Hindu merasa mantap dan penuh keyakinan melaksanakan kewajiban ritualny...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: I Gusti Ketut Widana
Format: Article
Language:Indonesian
Published: Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia 2019-05-01
Series:Dharmasmrti
Subjects:
Online Access:https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/330
id doaj-a280df81bd4643438d68f45c73946e37
record_format Article
spelling doaj-a280df81bd4643438d68f45c73946e372020-11-25T02:24:22ZindPascasarjana Universitas Hindu IndonesiaDharmasmrti1693-03042620-827X2019-05-0119191410.32795/ds.v10i1.330330AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNANI Gusti Ketut Widana0Universitas Hindu IndonesiaUmat Hindu dikenal taat dan disiplin dalam menjalankan ajaran agamanya, terutama yang  berkaitan dengan ritual (yadnya). Sehingga, walaupun relatif tidak menguasai landasan tattwa- jnananya, seperti teologi dan filosofinya, umat Hindu merasa mantap dan penuh keyakinan melaksanakan kewajiban ritualnya. Penyebabnya adalah kepatuhannya pada adagium ‘gugon tuwon’, yang biasanya disertai anak kalimat ‘nak mulo keto’ (memang sudah demikian adanya). Sehingga umat tinggal melaksanakan kewajiban ritual itu tanpa perlu bertanya apalagi mempertanyakan landasan kebenarannya. Konsekuensinya, kebanyakan umat Hindu relatif “awidya” (awam pengetahuan) dalam hal pemahaman tattwa (filsafat), tetapi disiplin dalam hal melaksanakan ritual (upacara). Kondisi keawaman pengetahuan itu semakin ajeg dengan adanya sesanti Aja Wera, yang dipahami sebagai bentuk “larangan” mempelajari atau mendalami ajaran agama. Jika larangan itu dilanggar, konon katanya akan menyebabkan orang bisa “inguh” (galau), yang apabila dibiarkan lama-lama bisa “buduh” (gila). Padahal, jika diselami sejatinya Aja Wera  itu adalah konsep pembelajaran yang memberikan tuntunan kepada umat Hindu bahwa jika belajar atau mendalami ajaran agama diwajibkan untuk tidak mabuk atau sombong lantaran merasa telah pintar menguasai ajaran agama. Inilah kondisi dilematis konsep Aja Wera, berada di anatara larangan dan tuntunan.https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/330aja weratuntutanlarangan
collection DOAJ
language Indonesian
format Article
sources DOAJ
author I Gusti Ketut Widana
spellingShingle I Gusti Ketut Widana
AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
Dharmasmrti
aja wera
tuntutan
larangan
author_facet I Gusti Ketut Widana
author_sort I Gusti Ketut Widana
title AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
title_short AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
title_full AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
title_fullStr AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
title_full_unstemmed AJA WERA, ANTARA LARANGAN DAN TUNTUNAN
title_sort aja wera, antara larangan dan tuntunan
publisher Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
series Dharmasmrti
issn 1693-0304
2620-827X
publishDate 2019-05-01
description Umat Hindu dikenal taat dan disiplin dalam menjalankan ajaran agamanya, terutama yang  berkaitan dengan ritual (yadnya). Sehingga, walaupun relatif tidak menguasai landasan tattwa- jnananya, seperti teologi dan filosofinya, umat Hindu merasa mantap dan penuh keyakinan melaksanakan kewajiban ritualnya. Penyebabnya adalah kepatuhannya pada adagium ‘gugon tuwon’, yang biasanya disertai anak kalimat ‘nak mulo keto’ (memang sudah demikian adanya). Sehingga umat tinggal melaksanakan kewajiban ritual itu tanpa perlu bertanya apalagi mempertanyakan landasan kebenarannya. Konsekuensinya, kebanyakan umat Hindu relatif “awidya” (awam pengetahuan) dalam hal pemahaman tattwa (filsafat), tetapi disiplin dalam hal melaksanakan ritual (upacara). Kondisi keawaman pengetahuan itu semakin ajeg dengan adanya sesanti Aja Wera, yang dipahami sebagai bentuk “larangan” mempelajari atau mendalami ajaran agama. Jika larangan itu dilanggar, konon katanya akan menyebabkan orang bisa “inguh” (galau), yang apabila dibiarkan lama-lama bisa “buduh” (gila). Padahal, jika diselami sejatinya Aja Wera  itu adalah konsep pembelajaran yang memberikan tuntunan kepada umat Hindu bahwa jika belajar atau mendalami ajaran agama diwajibkan untuk tidak mabuk atau sombong lantaran merasa telah pintar menguasai ajaran agama. Inilah kondisi dilematis konsep Aja Wera, berada di anatara larangan dan tuntunan.
topic aja wera
tuntutan
larangan
url https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/view/330
work_keys_str_mv AT igustiketutwidana ajaweraantaralarangandantuntunan
_version_ 1724856123873296384