The Paradox of Informal Economy in Urban Area Indonesia: A Case Study Street Vendors in Jalan Salemba Raya, Jakarta, and Jalan Raya Sawangan, Depok

<p class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt; margin-right: 0in; margin-bottom: .0001pt; margin-left: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: &quot;Times New Roman&quot;, serif; font-size: 12pt;">Ekonomi informal memiliki proporsi besa...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: Rusydan Fathy, Dicky Rachmawan
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Indonesia 2020-06-01
Series:Masyarakat: Jurnal Sosiologi
Subjects:
Online Access:http://journal.ui.ac.id/index.php/mjs/article/view/10871
Description
Summary:<p class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt; margin-right: 0in; margin-bottom: .0001pt; margin-left: 0in; text-align: justify;"><span style="font-family: &quot;Times New Roman&quot;, serif; font-size: 12pt;">Ekonomi informal memiliki proporsi besar yang menyerap 58% tenaga kerja Indonesia. Pada daerah perkotaan, kemiskinan mudah terlihat dari banyaknya masyarakat yang bekerja dan terlibat pada ekonomi sektor informal seperti pedagang kaki lima (PKL). Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan ekonomi informal khususnya PKL dan potensinya di perkotaan. Artikel ini menggunakan metode studi literature dan observasi di Jalan Salemba Raya (Kota Jakarta) dan Jalan Raya Sawangan (Kota Depok). Hasil dari studi ini menunjukan bahwa kecenderungan komoditas yang dijual PKL adalah makanan yang bersumber dari bahan baku sektor pertanian (tipe bisnis) dan sektor industri (tipe perdagangan). Sehingga terjaminnya ketersediaan pangan adalah hal yang esensial tidak hanya untuk masyarakat umum, tetapi lebih spesifik untuk melestarikan usaha PKL di masyarakat Indonesia. Pemerintah harus mulai merubah pandangan lama mereka tentang pedagang kaki lima dan lebih baik menerima keberadaan mereka serta mengelolanya untuk mendapatkan lebih banyak manfaat pada pendapatan daerah. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengelola PKL yaitu menjalin hubungan baik dan mengumpulkan data yang komprehensif, menarik retribusi ringan dari pada penggusuran, dan mempromosikan jajanan terekomendasi dari PKL untuk menarik turis.</span></p><p class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt; margin-right: 0in; margin-bottom: .0001pt; margin-left: 0in; text-align: justify;">&nbsp;</p><p class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt; margin-right: 0in; margin-bottom: .0001pt; margin-left: 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; font-family: &quot;Times New Roman&quot;,&quot;serif&quot;;">Informal economic has big proportion which absorb 58% of workforce in Indonesia. In urban area poverty easily can be seen through many people who involve and work in informal economic like street vendors (PKL). This article purpose to describe informal economic activities especially street vendors (PKL) and its potency in urban area. Literature review and observation methods are used in this article particularly at Jalan Salemba Raya (Jakarta City) and Jalan Raya Sawangan (Depok City). The result show selling food as main commodity of street vendors from agriculture (business type) and industry (trading type). So guarantee availability of food is an essential aspect not only for people in general, but specifically to sustain food street vendors in our society. The government should start to change their old mindset about street vendors and better start to accept then managing street vendors to gain more revenue for government income. There are few step the government can do to manage street vendors, that are establish good relation with street vendors and gathering data, gathering light retribution than eviction street vendors, and promotion of recommended street food street vendors/food festival for pulling tourist.&nbsp;&nbsp;</span></p>
ISSN:0852-8489
2460-8165