‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta

The model of zakat management in the modern era is divided into two, namely the charity model (consumptive zakat) and the productive zakat model (zakat empowerment). So far, zakat distribution uses a lot of charity models so that it does not give long-term contribution because it is consumptive. Thr...

Full description

Bibliographic Details
Main Author: Pajar Hatma Indra Jaya
Format: Article
Language:English
Published: Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam 2019-06-01
Series:Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
Subjects:
Online Access:http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/JPMI/article/view/1270
id doaj-ad2a57d31c2b40129d1d715f3d4fab0f
record_format Article
spelling doaj-ad2a57d31c2b40129d1d715f3d4fab0f2021-07-12T15:34:38ZengProgram Studi Pengembangan Masyarakat IslamJurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan2580-863X2597-77682019-06-012223926610.14421/jpm.2018.022-021091‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota YogyakartaPajar Hatma Indra Jaya0Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, YogyakartaThe model of zakat management in the modern era is divided into two, namely the charity model (consumptive zakat) and the productive zakat model (zakat empowerment). So far, zakat distribution uses a lot of charity models so that it does not give long-term contribution because it is consumptive. Through this article, I would like to explain the marketing of productive zakat (empowerment model) with the name of the program Mas Zakky and see its impact on society. Distribution Mas Zakky’s model is done in four stages, namely the determination of the right muztahiq (recipient program), debriefing, giving power, and mentoring are tightly controlled. This study found that the keyword for the success of the zakat empowerment program is that it should not stop at giving assistance, but must be assisted within one year so that new habits are formed from the mustahiq. The new habit arises because of awareness, habituation, and strict control through monitoring of good financial management, which mustahiq are required to provide daily business reports, monthly profit reports, savings obligations of at least 2.5 percent of gross sales every month, and learn to invest input “sedino sewu” (one day one thousand rupiah) cans in their place of business. Mas Zakky’s program has an impact on the loss of the mustahiq conditions due to the emergence of new jobs, the growing awareness that trading business is a form of profitable work, the emergence of awareness to save, diligently praying Dhuha, the formation of tissue, and the emergence of habits of infaq (donation). Model pengelolaan zakat di era modern dibagi menjadi dua, yaitu model carity (zakat konsumtif) dan model zakat produktif (zakat pemberdayaan). Selama ini penyaluran zakat banyak menggunakan model carity sehingga kurang memberi kontribusi jangka panjang karena sifatnya konsumtif. Melalui artikel ini penulis hendak menjelaskan pentasarufan zakat produktif (model pemberdayaan) dengan nama program Mas Zakky dan melihat dampaknya bagi masyarakat. Pentasarufan model Mas Zakky dilakukan dengan empat tahap, yaitu penentuan muztahak yang tepat, pembekalan, pemberian daya, dan pendampingan yang terkontrol secara ketat. Penelitian ini menemukan bahwa kata kunci keberhasilan program zakat pemberdayaan adalah tidak boleh berhenti pada pemberian bantuan, namun harus dilakukan pendampingan dalam waktu satu tahun sehingga terbentuk kebiasaan baru dari para mustahik. Kebiasaan baru tersebut muncul karena penyadaran, pembiasaan, serta kontrol ketat lewat pemantauan tentang manajemen keuangan yang baik, yangmana mustahik diwajibkan untuk memberikan laporan usaha harian, laporan keuntungan bulanan, kewajiban menabung minimal 2,5 persen dari penjualan kotor setiap bulan, dan belajar berinfaq dengan menaruh kaleng “sedino sewu” di tempat usaha mereka. Program Mas Zakky berdampak pada mulai hilangnya kondisi fakir para mustahik karena munculnya pekerjaan baru, tumbuhnya kesadaran bahwa usaha dagang merupakan bentuk pekerjaan yang menguntungkan, munculnya kesadaran untuk menabung, rajin sholat dhuha, terbentuknya jaringan, dan munculnya kebiasaan berinfak.http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/JPMI/article/view/1270empowerment zakat modelhabituationempowerment impact.
collection DOAJ
language English
format Article
sources DOAJ
author Pajar Hatma Indra Jaya
spellingShingle Pajar Hatma Indra Jaya
‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
empowerment zakat model
habituation
empowerment impact.
author_facet Pajar Hatma Indra Jaya
author_sort Pajar Hatma Indra Jaya
title ‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
title_short ‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
title_full ‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
title_fullStr ‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
title_full_unstemmed ‘Mas Zakky’: Model Zakat Pemberdayaan dari Baznas Kota Yogyakarta
title_sort ‘mas zakky’: model zakat pemberdayaan dari baznas kota yogyakarta
publisher Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam
series Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan
issn 2580-863X
2597-7768
publishDate 2019-06-01
description The model of zakat management in the modern era is divided into two, namely the charity model (consumptive zakat) and the productive zakat model (zakat empowerment). So far, zakat distribution uses a lot of charity models so that it does not give long-term contribution because it is consumptive. Through this article, I would like to explain the marketing of productive zakat (empowerment model) with the name of the program Mas Zakky and see its impact on society. Distribution Mas Zakky’s model is done in four stages, namely the determination of the right muztahiq (recipient program), debriefing, giving power, and mentoring are tightly controlled. This study found that the keyword for the success of the zakat empowerment program is that it should not stop at giving assistance, but must be assisted within one year so that new habits are formed from the mustahiq. The new habit arises because of awareness, habituation, and strict control through monitoring of good financial management, which mustahiq are required to provide daily business reports, monthly profit reports, savings obligations of at least 2.5 percent of gross sales every month, and learn to invest input “sedino sewu” (one day one thousand rupiah) cans in their place of business. Mas Zakky’s program has an impact on the loss of the mustahiq conditions due to the emergence of new jobs, the growing awareness that trading business is a form of profitable work, the emergence of awareness to save, diligently praying Dhuha, the formation of tissue, and the emergence of habits of infaq (donation). Model pengelolaan zakat di era modern dibagi menjadi dua, yaitu model carity (zakat konsumtif) dan model zakat produktif (zakat pemberdayaan). Selama ini penyaluran zakat banyak menggunakan model carity sehingga kurang memberi kontribusi jangka panjang karena sifatnya konsumtif. Melalui artikel ini penulis hendak menjelaskan pentasarufan zakat produktif (model pemberdayaan) dengan nama program Mas Zakky dan melihat dampaknya bagi masyarakat. Pentasarufan model Mas Zakky dilakukan dengan empat tahap, yaitu penentuan muztahak yang tepat, pembekalan, pemberian daya, dan pendampingan yang terkontrol secara ketat. Penelitian ini menemukan bahwa kata kunci keberhasilan program zakat pemberdayaan adalah tidak boleh berhenti pada pemberian bantuan, namun harus dilakukan pendampingan dalam waktu satu tahun sehingga terbentuk kebiasaan baru dari para mustahik. Kebiasaan baru tersebut muncul karena penyadaran, pembiasaan, serta kontrol ketat lewat pemantauan tentang manajemen keuangan yang baik, yangmana mustahik diwajibkan untuk memberikan laporan usaha harian, laporan keuntungan bulanan, kewajiban menabung minimal 2,5 persen dari penjualan kotor setiap bulan, dan belajar berinfaq dengan menaruh kaleng “sedino sewu” di tempat usaha mereka. Program Mas Zakky berdampak pada mulai hilangnya kondisi fakir para mustahik karena munculnya pekerjaan baru, tumbuhnya kesadaran bahwa usaha dagang merupakan bentuk pekerjaan yang menguntungkan, munculnya kesadaran untuk menabung, rajin sholat dhuha, terbentuknya jaringan, dan munculnya kebiasaan berinfak.
topic empowerment zakat model
habituation
empowerment impact.
url http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/JPMI/article/view/1270
work_keys_str_mv AT pajarhatmaindrajaya maszakkymodelzakatpemberdayaandaribaznaskotayogyakarta
_version_ 1721307111231586304