WACANA KRITIK SOSIAL WAYANG CENK BLONK, JOBLAR, DAN SIDIA

Wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yang termasuk pertunjukan wayang kulit Bali kreasi baru dan diminati oleh masyarakat belakangan ini cukup banyak mengkomunikasikan wacana-wacana kritik sosial.Penelitian ini bertujuan untuk membahas enam permasalahan berkenaan dengan wayang C?nk Blonk, Joblar, da...

Full description

Bibliographic Details
Main Authors: I Nyoman Suwija, Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna S.U., Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.
Format: Article
Language:English
Published: Universitas Udayana 2012-11-01
Series:e-Journal of Linguistics
Subjects:
Online Access:http://ojs.unud.ac.id/index.php/eol/article/view/3526
Description
Summary:Wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yang termasuk pertunjukan wayang kulit Bali kreasi baru dan diminati oleh masyarakat belakangan ini cukup banyak mengkomunikasikan wacana-wacana kritik sosial.Penelitian ini bertujuan untuk membahas enam permasalahan berkenaan dengan wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia yaitu: (1) eksistensi dan pe-minggiran kedudukan wayang kulit Bali, (2) Kemasan wacana kritik sosial, (3) bentuk wacana kritik sosial, (4) fungsi wacana kritik sosial, (5) sasaran dan amanat wacana kritik sosial, dan (6) tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial wayang C?nk Blonk, Joblar, dan Sidia.Landasan teori penelitian ini adalah teori wacana naratif, teori resepsi sastra, dan teori dekonstruksi. Penerapan teori-teori tersebut disertai dengan metode pengumpulan data: (1) observasi, (2) wawancara, (3) studi dokumen; Metode dan teknik analisis datanya, deskriptif kualitatif; dengan metode penyajian hasil penelitian formal dan informal.Analisis bentuk wacana kritik sosial menghasilkan temuan bahwa wacana kritik sosial dapat dikomunikasikan melalui: (1) dialog antarpenasar, (2) dialog penasar dengan ksatria, (3) dialog atman dengan dewa, (4) dialog punakawan dengan raksasa, dan (5) dialog dewa dengan raja. Kajian bentuk kebahasaannya meliputi: (1) alternatif pemilihan tata ungkapan, (2) pemakaian paribasa Bali, (3) pepatah bahasa Indonesia, dan (4) pelesetan lagu pop Bali. Tingkatan bahasa Bali yang digunakan: (1) basa kasar, (2) basa andap, dan (3) basa madia.Analisis fungsi wacana kritik sosial menghasilkan temuan: (1) fungsi hiburan, (2) fungsi pendidikan, (3) fungsi informatif, dan (4) fungsi pelestarian budaya. Kritik sosial para dalang mencapai sasaran: (1) pemimpin, (2) masyarakat pemilih, (3) calon DPR/DPR, (4) seorang anak, (5) hakim/penegak hukum, (6) balian atau dukun, (7) penjudi, (8) seorang suami. dan (9) masyarakat luas lainnya. Amanat yang tersirat di dalamnya meliputi: (1) amanat kepemimpinan; (2) amanat hutang dan yadnya anak; (3) amanat petuah dan nasihat; (4) amanat kepribadian dan (5) amanat seni budaya. Tanggapan penonton terhadap wacana kritik sosial yang dikomunikasikan para dalang sangat positif.
ISSN:2442-7586