PEACE BUILDING BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DUSUN TRENCENG DESA MRICAN JENANGAN PONOROGO
Dalam beberapa kasus, perbedaan suku, ras, agama, dan golongan seringkali menjadi pemicu konflik. Namun, ternyata hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Dusun Trenceng Desa Mrican Jenangan Ponorogo. Meski masyarakatnya memiliki latar belakang perbedaan agama, namun mereka tetap mampu hidup berda...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | Arabic |
Published: |
State Islamic Institute of Ponorogo
2020-12-01
|
Series: | Kodifikasia |
Subjects: | |
Online Access: | http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/kodifikasia/article/view/2231 |
Summary: | Dalam beberapa kasus, perbedaan suku, ras, agama, dan golongan seringkali menjadi pemicu konflik. Namun, ternyata hal tersebut tidak berlaku bagi masyarakat Dusun Trenceng Desa Mrican Jenangan Ponorogo. Meski masyarakatnya memiliki latar belakang perbedaan agama, namun mereka tetap mampu hidup berdampingan dengan harmonis. Hal ini tentu terjadi bukan tanpa sebab melainkan ada faktor yang turut berperan yang salah satunya adalah kearifan lokal masyarakat setempat. Untuk itu, artikel ini mengkaji secara mendalam tentang bentuk-bentuk kearifan lokal yang merajut harmoni antarumat beragama di Dusun Trenceng beserta fungsinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang menyatukan masyarakat Dusun Trenceng yang multireligius diantaranya adalah perayaan hari raya, sambat-sinambat, gotong royong, kegiatan rutin masyarakat, perayaan hari besar nasional, dan slametan. Keseluruhan bentuk kearifan lokal masyarakat Dusun Trenceng tidak hanya berfungsi sebagai perekat hubungan antarumat beragama, melainkan juga memerankan fungsi sentral yang lain, yaitu sebagai penanda identitas, sarana resolusi konflik, memberi ‘warna’ keharmonisan dan kebersamaan bagi masyarakat, mengubah mindset dan menciptakan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground atau kearifan lokal yang dimiliki, dan berfungsi untuk mendorong tercipta dan terbangunnya kebersamaan, apresiasi, sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk mencegah berbagai potensi yang mungkin saja dapat meredusir bahkan merusak solidaritas komunal masyarakat. [In some cases, differences in ethnicity, race, religion, and class often trigger conflict. But, it turns out that this does not apply to the society of Dusun Trenceng, Mrican Jenangan Ponorogo. Even though the societies have different religious backgrounds, they are still able to live in harmony. This certainly does not happen without a reason but there are factors that play a role, one of which is the local wisdom of the local community. For this reason, this paper examines the depth of the forms of local wisdom that weave inter-religious harmony in Trenceng village and their functions. This research used a qualitative research approach and type of case study research. The results showed that the forms of local wisdom that unite the multi-religious community of Trenceng village include the celebration of holidays, sambat-sinambat, mutual cooperation, routine community activities, national holidays celebrations, and slametan. The whole forms of local wisdom of Trenceng village society do not only serve as the glue for the relationship between religious believers in Trenceng village, but also play another central functions, namely as a marker of identity, as the tool of conflict resolution, providing a 'color' of harmony and togetherness to the community, changing mindset and creating reciprocal relationships between individuals and groups by placing them on the common ground or local wisdom they have, and the encouragement to create and to develop the togetherness, appreciation, as well as the mechanism to prevent various possibilities that may reduce and even destroy the communal solidarity of society.] |
---|---|
ISSN: | 1907-6371 2527-9254 |