Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro
This article aims to reveal the meaning of the resistance movement of female characters in the novel Garis Perempuan by Sanie B. Kuncoro. Ranting, Gendhing, Tawangsri and Zhang Mey are adult women who live in the midst of modernity, but have cultural roots that can not be separated from the thick pa...
Main Author: | |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
2017-12-01
|
Series: | Jentera: Jurnal Kajian Sastra |
Subjects: | |
Online Access: | http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/439 |
id |
doaj-e1f9501c2d0b45a594088aebef855a29 |
---|---|
record_format |
Article |
spelling |
doaj-e1f9501c2d0b45a594088aebef855a292020-11-25T01:17:18ZengBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJentera: Jurnal Kajian Sastra2089-29262579-81382017-12-016210.26499/jentera.v6i2.439248Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B KuncoroDelmarrich Bilga Ayu Permatasari0Airlangga UniversityThis article aims to reveal the meaning of the resistance movement of female characters in the novel Garis Perempuan by Sanie B. Kuncoro. Ranting, Gendhing, Tawangsri and Zhang Mey are adult women who live in the midst of modernity, but have cultural roots that can not be separated from the thick patriarchal law. Raised with different cultural backgrounds, the four characters have their own way of making efforts to reach welfare, personal freedom, and social justice that are embodied as a whole in the effort to meaning the virginity. By using the concept of criticsm of feminies literature, it can be concluded that virginity is a liquid thing that women use as a form of appreciation of their bodies so that by apreciate its virginity a woman has power over her body ownership which in culture and patriarchy law women's authority over the possessions of their bodies is often ignored. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mengungkap pemaknaan atas gerakan perlawanan atau resistensi tokoh-tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Tokoh Ranting, Gendhing, Tawangsri, dan Zhang Mey merupakan perempuan dewasa yang hidup di tengah arus modernitas namun memiliki akar budaya yang tidak dapat dilepaskan dari hukum patriarki yang kental. Dibesarkan dengan latar budaya yang berbeda-beda, keempat tokoh tersebut memiliki cara-cara tersendiri dalam meraih kesejahteraan, kebebasan pribadi, dan keadilan sosial yang secara keseluruhan diwujudkan dalam upaya pemaknaan terhadap virginitas. Dengan menggunakan konsep kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa virginitas adalah sesuatu yang bersifat cair yang digunakan oleh perempuan sebagai bentuk penghargaan atas tubuhnya. Dengan mengapresiasi virginitasnya seorang perempuan telah berkuasa terhadap kepemilikan tubuhnya yang dalam budaya dan hukum patriarki kuasa perempuan atas kepemilikan tubuhnya seringkali tidak diindahkan.http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/439perlawanan perempuanposkolonialismevirginitasSanie B. Kuncorowomen’s resistancepostcolonialismvirginity |
collection |
DOAJ |
language |
English |
format |
Article |
sources |
DOAJ |
author |
Delmarrich Bilga Ayu Permatasari |
spellingShingle |
Delmarrich Bilga Ayu Permatasari Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro Jentera: Jurnal Kajian Sastra perlawanan perempuan poskolonialisme virginitas Sanie B. Kuncoro women’s resistance postcolonialism virginity |
author_facet |
Delmarrich Bilga Ayu Permatasari |
author_sort |
Delmarrich Bilga Ayu Permatasari |
title |
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro |
title_short |
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro |
title_full |
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro |
title_fullStr |
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro |
title_full_unstemmed |
Resistensi Tokoh-tokoh Perempuan Terhadap Patriarki dalam Novel Garis Perempuan karya Sanie B Kuncoro |
title_sort |
resistensi tokoh-tokoh perempuan terhadap patriarki dalam novel garis perempuan karya sanie b kuncoro |
publisher |
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa |
series |
Jentera: Jurnal Kajian Sastra |
issn |
2089-2926 2579-8138 |
publishDate |
2017-12-01 |
description |
This article aims to reveal the meaning of the resistance movement of female characters in the novel Garis Perempuan by Sanie B. Kuncoro. Ranting, Gendhing, Tawangsri and Zhang Mey are adult women who live in the midst of modernity, but have cultural roots that can not be separated from the thick patriarchal law. Raised with different cultural backgrounds, the four characters have their own way of making efforts to reach welfare, personal freedom, and social justice that are embodied as a whole in the effort to meaning the virginity. By using the concept of criticsm of feminies literature, it can be concluded that virginity is a liquid thing that women use as a form of appreciation of their bodies so that by apreciate its virginity a woman has power over her body ownership which in culture and patriarchy law women's authority over the possessions of their bodies is often ignored.
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkap pemaknaan atas gerakan perlawanan atau resistensi tokoh-tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Tokoh Ranting, Gendhing, Tawangsri, dan Zhang Mey merupakan perempuan dewasa yang hidup di tengah arus modernitas namun memiliki akar budaya yang tidak dapat dilepaskan dari hukum patriarki yang kental. Dibesarkan dengan latar budaya yang berbeda-beda, keempat tokoh tersebut memiliki cara-cara tersendiri dalam meraih kesejahteraan, kebebasan pribadi, dan keadilan sosial yang secara keseluruhan diwujudkan dalam upaya pemaknaan terhadap virginitas. Dengan menggunakan konsep kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa virginitas adalah sesuatu yang bersifat cair yang digunakan oleh perempuan sebagai bentuk penghargaan atas tubuhnya. Dengan mengapresiasi virginitasnya seorang perempuan telah berkuasa terhadap kepemilikan tubuhnya yang dalam budaya dan hukum patriarki kuasa perempuan atas kepemilikan tubuhnya seringkali tidak diindahkan. |
topic |
perlawanan perempuan poskolonialisme virginitas Sanie B. Kuncoro women’s resistance postcolonialism virginity |
url |
http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/view/439 |
work_keys_str_mv |
AT delmarrichbilgaayupermatasari resistensitokohtokohperempuanterhadappatriarkidalamnovelgarisperempuankaryasaniebkuncoro |
_version_ |
1725146731392270336 |